Monday, June 23, 2025

DARI PINTU SUCI KE HATI KUDUS: LANGKAH IMAN LINGKUNGAN SANTO PAULUS

 25 Mei 2025 Lingkungan St Paulus, Paroki Yohanes Rasul Kedaton, Menapaki Jejak Rahmat di Porta Sancta

Porta Sancta: Pintu Suci dalam Tradisi Katolik

Porta Sancta, atau Pintu Suci, adalah pintu khusus yang terdapat di empat basilika utama di Roma yaitu Basilika Santo Petrus, Santo Yohanes Lateran, Santa Maria Mayor, dan Santo Paulus di Luar Tembok. Pintu ini hanya dibuka pada Tahun Suci atau Jubileum, dan menjadi simbol Kristus sebagai pintu keselamatan, sebagaimana sabda-Nya dalam Yohanes 10:9: “Akulah pintu; barangsiapa masuk melalui Aku, ia akan selamat.”

Melintasi Porta Sancta dalam semangat tobat, iman, dan pengakuan dosa dipercaya memberi kesempatan bagi umat Katolik untuk memperoleh indulgensi penuh—penghapusan hukuman temporal atas dosa yang telah diampuni. Tahun Suci biasanya dirayakan setiap 25 tahun, meskipun Paus dapat menetapkan secara luar biasa, seperti Tahun Suci Kerahiman Ilahi 2016 oleh Paus Fransiskus. Pada kesempatan itu, pintu suci juga dibuka di banyak keuskupan di seluruh dunia, termasuk di Indonesia.

Upacara pembukaan Porta Sancta dipimpin oleh Paus, yang secara simbolis mengetuk pintu tiga kali dengan palu, lalu membukanya sebagai lambang terbukanya rahmat dan keselamatan ilahi. Setelah Tahun Suci berakhir, pintu tersebut kembali ditutup dan disegel hingga Tahun Suci berikutnya.

Tahun Suci berikutnya akan berlangsung pada 2025, mengusung tema “Peziarah Harapan” (Pilgrims of Hope). Umat Katolik dari seluruh dunia akan berziarah melintasi Porta Sancta, menandai perjalanan iman, pertobatan, dan harapan dalam terang Kristus.

Porta Sancta di Keuskupan Tanjungkarang

Menjelang Tahun Suci 2025, Keuskupan Tanjungkarang menetapkan beberapa gereja dan Gua Maria sebagai Porta Sancta lokal, antara lain:

Gereja:

  • Katedral Kristus Raja – Tanjungkarang (Bandar Lampung)
  • Gereja Hati Kudus Yesus – Metro
  • Gereja Santo Yusup – Pringsewu
  • Gereja Santo Yusuf Pekerja – Tulang Bawang
  • Gereja Keluarga Kudus – Sidomulyo

Gua Maria:

  • Ngison Nando – Kalianda
  • Padang Bulan – Pringsewu
  • Pajar Mataram – Lampung Tengah
  • Sekincau – Lampung Barat
  • Jojog – Metro
  • Rumah Kita – Kotabumi
  • Bandarjaya – Lampung Tengah
  • Kalirejo – Lampung Tengah
  • Tulang Bawang – Tulang Bawang
  • Candi Maria Way Kandis – Bandar Lampung

Ziarah Lingkungan Santo Paulus, Kedaton – 25 Mei 2025

Bertepatan dengan Bulan Maria, Lingkungan Santo Paulus dari Paroki Santo Yohanes Rasul Kedaton melaksanakan ziarah rohani pada Minggu, 25 Mei 2025. Kami berkumpul di Bunderan Radin Inten dan berangkat menggunakan bus Puspa Jaya pada pukul 06.16 WIB menuju Gereja Santa Maria Pajar Mataram, Lampung Tengah. Seragam biru yang kami kenakan melambangkan sukacita dan kebersamaan umat yang sudah lama merindukan perjalanan rohani bersama.

Perjalanan terasa meriah, diiringi hiburan karaoke dan obrolan hangat, sambil menikmati pemandangan dan aneka camilan. Kami tiba pukul 08.10 WIB dan disambut hangat oleh Romo Stefanus Widianto Pr, pastor paroki yang sebelumnya sudah kami hubungi.

Gereja Santa Maria Pajar Mataram, di bawah Keuskupan Tanjungkarang, mengelola Gua Maria Pajar Mataram yang telah ditetapkan sebagai Porta Sancta. Tempat ini menjadi lokasi utama untuk menjalani ziarah, berdoa Rosario, mengikuti jalan salib, dan memperoleh indulgensi penuh.

Setelah rehat sejenak, kami melaksanakan Jalan Salib yang dimulai dari halaman gereja, berlanjut hingga ke area gua yang melewati persawahan. Meski jalur cukup panjang dan licin, semangat kami tidak surut. Kami tiba di perhentian ke-14 pukul 09.50 WIB.

Misa kudus dimulai pukul 10.00 WIB, dipimpin oleh Romo Wid, sapaan akrab Romo Stefanus, dan dihadiri oleh peziarah dari berbagai daerah. Seusai misa, kami berdoa di depan patung Bunda Maria, berfoto bersama, dan istirahat makan siang di halaman gereja. Sebagian membawa bekal sendiri, sebagian lainnya menikmati hidangan dari umat setempat.

Lanjutan Ziarah: Gua Maria Bandarjaya & Jojog

Pukul 12.30 WIB kami melanjutkan perjalanan ke Gua Maria Bandarjaya, yang terletak di kompleks Gereja St. Lidwina Bandarjaya. Kami disambut oleh Pastor Kepala RD Yohanes Theden Tana, Pastor Rekan RD Yohanes Baptis Widarman, dan didampingi kembali oleh Romo Wid. Doa di Gua Maria dipimpin oleh Ibu Yuli Nugrahani.

Sebagai Porta Sancta, gua ini menjadi tempat umat menimba rahmat melalui doa Rosario dan ziarah tobat. Lingkungan gereja yang asri menambah kekhusyukan momen ziarah.

Pukul 14.48 WIB, kami melanjutkan ke Gua Maria Jojog di Metro, salah satu lokasi ziarah populer, khususnya di bulan Mei dan Oktober. Kami tiba pukul 15.20 WIB dan bergabung dengan umat lain yang telah hadir lebih dulu. Doa bersama dipimpin oleh Ibu Ida dalam suasana hening dan damai yang menyelimuti area gua.

Keheningan dan kesederhanaan tempat ini menjadi daya tarik spiritual tersendiri—mengajak setiap peziarah untuk merenung, menyepi, dan menyerahkan hati sepenuhnya kepada Tuhan melalui perantaraan Bunda Maria. Setelah berdoa, kami bersantai di pelataran gereja sambil menikmati kopi, teh, dan snack, serta berbelanja di kantin paroki.

Persinggahan Terakhir: Gereja Hati Kudus Yesus Metro

Pukul 16.11 WIB, kami tiba di Gereja Katolik Hati Kudus Yesus, Metro, paroki tertua di wilayah ini yang berdiri sejak 1937 oleh Pastor M. Gerardus Neilen SCJ untuk melayani para transmigran Jawa. Kini dilayani oleh Pastor Kepala RD F. X. Cahyo Handoko dan Pastor Rekan RD Markus Widiyoko, dengan sekitar 8.000 umat yang tersebar di 15 stasi.

Gereja ini aktif dalam kegiatan pastoral, pelayanan sosial, dan dialog antarumat beragama. Misa rutin diadakan setiap hari dan pada akhir pekan, menjadikannya pusat iman dan pelayanan bagi umat Metro. Tempat ini juga akan menjadi salah satu Porta Sancta selama Tahun Suci 2025.

Doa di Porta Sancta Gereja Hati Kudus Yesus di pandu oleh pak Meimanto 

Setelah menutup ziarah kami dengan kunjungan ke gereja ini, tepat pukul 17.32 WIB, kami kembali ke Bandar Lampung, membawa pulang pengalaman iman, sukacita komunitas, dan pengharapan baru dalam Kristus Sang Pintu Keselamatan.































 

 

Sunday, June 22, 2025

LHHH RUN 1113, GROW GREEN, GUARD FOREST, GIFT THE FUTURE

RUN 1113
GROW GREEN, GUARD FOREST, GIFT THE FUTURE
Minggu, 22 Juni 2025
Jam : 07.00 Wib
Dress code : Bebas
Run Site : Pantai Aven Mutun

Dalam semangat “Grow Green, Guard Forests, Gift 
the Future”, komunitas Lampung Hash House Harriers (LH3) menjadi cermin filsafati tentang relasi manusia dan alam, bahwa hidup bukan sekadar bergerak, tapi memahami makna di balik setiap langkah. Menyusuri hutan karet, melintasi sawah yang sunyi, menyapa aliran sungai, menikmati jatuhnya air terjun, hingga menatap cakrawala di pantai, bukan hanya petualangan fisik, melainkan ziarah batin menuju asal-usul kehidupan. Hutan hujan, dalam pandangan filsafat alam, bukan sekadar kumpulan pohon, tetapi ruang kesadaran akan keterbatasan manusia dan kemurahan bumi. LH3 hadir bukan untuk menaklukkan alam, tapi untuk belajar darinya, bahwa kehijauan mengajarkan ketekunan, air mengajarkan kesabaran, dan jejak yang ditinggalkan mestinya tidak merusak, melainkan menyatu. Dalam peringatan Hari Hutan Hujan Sedunia, 22 Juni, kita dihadapkan pada pertanyaan yang lebih dalam: apakah kita hidup sebagai bagian dari alam atau sekadar penggunanya? Sebab menjaga hutan bukan hanya tindakan ekologis, tetapi pernyataan etis tentang siapa kita dan dunia seperti apa yang ingin kita wariskan.

Jejak Langkah di Pantai Kelapa Kunjir: Cerita Run 1113 Lampung Hash House Harriers

Pada Run ke-1113, komunitas Lampung Hash House Harriers (LHHH) kembali menapaki jejak petualangan di salah satu sudut tersembunyi Lampung yang eksotis—Pantai Kelapa Kunjir, atau dikenal juga sebagai Pantai Aven, yang terletak di Desa Sukajaya Lempasing, Kecamatan Padang Cermin, Kabupaten Pesawaran.

Pantai ini bukan lokasi asing bagi para hasher Lampung. Beberapa kali run pernah digelar di sini, dan tempat ini tak pernah kehilangan pesonanya. Dikelilingi pepohonan kelapa yang tinggi menjulang, pantai berpasir putih, dan perbukitan yang memagari dari kejauhan—lokasi ini seolah menjadi surga bagi para pecinta hiking, trekking, dan fotografi alam.

 Akses & Nuansa Awal

Pantai Kelapa Kunjir dapat diakses melalui jalur utama Pantai Mutun. Sekitar 200 meter sebelum pintu masuk Pantai Mutun, terdapat pertigaan kecil di sebelah kiri. Dari sana, pengunjung akan menempuh perjalanan sejauh 1 kilometer di atas jalan berbatu, melewati kebun dan permukiman warga, sebelum sampai di pantai.

Sesampainya di run site, kami disambut suasana pagi yang syahdu. Langit mendung menggantung, dan gerimis tipis menyelimuti pantai. Suara ombak terdengar pelan, menyatu dengan desir angin laut dan gemerisik dedaunan kelapa. Seperti biasa, kegiatan diawali dengan foto bersama, merekam semangat yang selalu menyala di wajah para hasher.

Yang istimewa kali ini, banyak anggota baru dan anak muda yang ikut serta. Ini menandakan bahwa semangat komunitas ini terus tumbuh lintas generasi. Tak hanya hasher senior, energi muda juga hadir memperkaya perjalanan hari itu.

Menapaki Jalur: Dari Pantai ke Perbukitan

Perjalanan dimulai dari bibir pantai, menyusuri lahan berpasir yang ditumbuhi pepohonan kelapa. Matahari pagi tampak malu-malu menyembul di balik mendung. Kami melangkah santai, menikmati suasana tenang yang terasa sangat jauh dari hiruk pikuk kota.

Setelah sekitar 10 menit berjalan di sepanjang pantai, jalur mulai bergeser ke arah perbukitan. Kami masuk ke kawasan kebun milik warga, ditumbuhi berbagai tanaman seperti pisang, singkong, dan pepaya. Tanahnya agak lembek karena gerimis, namun tanjakan yang kami lewati tidak terlalu curam.

Pada satu titik, kami kehilangan jejak kertas—tanda khas yang digunakan untuk menuntun jalur Hash. Sempat terjadi diskusi kecil. Rupanya tim hare menabur kertas hingga ke bagian puncak, namun rutenya terlalu rimbun dan tak dapat dilalui. Akhirnya, tim memutuskan mundur sekitar 50 meter untuk mencari jalur alternatif, dan berhasil menemukan kembali rute yang aman.

Di sela-sela perjalanan, spot-spot foto alami menjadi tempat kami berhenti sejenak. Pohon besar, batu besar, dan pemandangan terbuka menjadi latar yang sempurna untuk berfoto bersama. Sebab dalam komunitas ini, kamera dan ekspresi diri selalu menjadi bagian dari petualangan.

Solidaritas di Tengah Perjalanan

Di tengah perjalanan, seorang hasher mengalami sakit perut dan terlihat pucat. Tim segera berhenti dan memberikan pertolongan. Beberapa orang membantunya duduk, memberinya minum, dan menunggu hingga kondisinya membaik. Momen seperti ini memperlihatkan nilai utama dari komunitas ini: kepedulian dan tanggung jawab terhadap sesama.

Hash bukan hanya tentang menaklukkan medan, tapi juga tentang menjaga semangat kolektif—bahwa tidak ada yang ditinggalkan, dan semua bertanggung jawab atas kebersamaan.


Menjelajahi Pantai Ceper – Surga yang Tersembunyi

Perjalanan dilanjutkan dengan menyusuri jalur sempit dan berbatu sekitar 1 km, kemudian masuk ke jalan setapak kecil yang mengarah ke Pantai Ceper, sebuah pantai tersembunyi yang belum banyak dijamah wisatawan.

Akses ke pantai ini memang menantang. Jalan tanahnya licin, berlumpur, dan pada beberapa titik tergenang air laut saat pasang. Namun, di balik tantangan itu, tersembunyi keindahan yang menakjubkan.

Pantai Ceper diselimuti pohon kelapa dan ketapang laut. Pasir putih membentang luas, air laut yang tenang mengundang untuk berenang, dan bukit-bukit kecil di sisi pantai menambah keindahan panorama. Tidak ada tiket masuk, tidak ada keramaian, dan hanya ada satu warung sederhana yang menjual minuman dan camilan ringan.

Bagi kami, tempat ini seperti hadiah di akhir perjalanan. Para hasher langsung berhamburan: ada yang duduk bersantai, ada yang bermain air, dan tentu saja, ada yang sibuk berswafoto. Gelak tawa dan canda mewarnai suasana. Inilah momen “hash” yang sesungguhnya: sederhana, hangat, dan penuh kebersamaan.

Kembali ke Run Site – Mie Bakso & Suara Karaoke

Setelah cukup lama menikmati Pantai Ceper, rombongan mulai bergerak kembali ke run site. Beberapa orang sempat mengusulkan untuk naik ke puncak bukit demi melihat Pantai Kyoko dari ketinggian, namun cuaca yang masih mendung dan waktu yang terbatas membuat rencana itu dibatalkan.

Perjalanan pulang melalui jalur yang sama terasa lebih ringan, meskipun masih melewati genangan air dan tanah licin. Setibanya di run site, kami disambut dengan suara karaoke dari hasher yang sudah lebih dulu sampai. Lagu-lagu jadul dan pop Indonesia mengalun, menciptakan suasana pesta sederhana di pinggir pantai.

Yang paling dinanti, tentu saja: sajian mie tahu bakso buatan Bu Mina—anggota senior komunitas yang selalu setia menghidangkan makanan hangat seusai run. Rasanya mantap, apalagi dinikmati bersama setelah lelah berjalan.

Tak lama, seorang petani lokal yang tadi kami lewati muncul membawa hasil panen dari kebunnya: terong, kolang-kaling, pisang raja, rampai, dan buah-buahan lain. Beberapa hasher membeli, sebagian hanya mengobrol, namun semuanya menambah kesan bahwa tempat ini bukan sekadar lokasi run, tapi juga ruang interaksi sosial antara wisatawan dan warga lokal.

Penutup: Lebih dari Sekadar Jejak

Run kali ini bukan hanya tentang menaklukkan jalur atau menjelajah pantai. Ini tentang memahami makna kebersamaan, alam, dan kepedulian. Pantai Kelapa Kunjir dan Pantai Ceper telah menjadi saksi kecil atas tawa, semangat, dan solidaritas yang dibawa oleh komunitas Lampung Hash House Harriers.

Di tengah dunia yang serba cepat dan sibuk, kegiatan seperti ini menjadi ruang untuk kembali mengingat hal-hal sederhana yang membuat hidup lebih bermakna: berjalan bersama, menolong yang lelah, tertawa di bawah pohon kelapa, dan menyanyikan lagu lama di pinggir pantai.

Sampai jumpa di run berikutnya. Mungkin masih di Lampung, mungkin di bukit lain, atau mungkin di pantai yang belum kita kenal. Tapi semangatnya akan tetap sama: On-On!
























 

Friday, June 20, 2025

22 TAHUN MELANGKAH BERSAMA: MERAYAKAN ANNIVERSARY LAMPUNG HASH HOUSE HARRIERS

Tahun ini, Lampung Hash House Harriers (H3) genap berusia 22 tahun. Sebuah usia yang tidak lagi muda, tetapi juga bukan usia yang membuat langkah mereka melambat. Justru, dalam dua dekade lebih perjalanannya, komunitas ini semakin matang, solid, dan tetap setia pada semangat yang sejak awal mereka usung: Fun, Fitness, and Friendship.

Bagi para anggotanya, Lampung H3 bukan sekadar komunitas lari atau hiking. Ia adalah rumah kedua, tempat kaki melangkah bebas, tawa mengalir lepas, dan tubuh diajak sehat bersama alam.

Awal yang Sederhana, Semangat yang Konsisten

Didirikan pada awal tahun 2003 oleh sekelompok pegiat alam dan olahraga ringan, Lampung H3 mengadopsi filosofi dari Hash House Harriers yang berasal dari Malaysia tahun 1938. Konsepnya sederhana namun kuat: gabungkan olahraga, petualangan, dan persahabatan dalam satu aktivitas rutin, yang dikemas dengan cara menyenangkan dan inklusif.

Berawal dari lintasan-lintasan pendek di sekitar Bandar Lampung, komunitas ini mulai menjelajah lebih jauh ke perbukitan, hutan, dan jalur-jalur tersembunyi yang memperlihatkan keindahan Lampung dari sisi yang tidak banyak diketahui orang.

Fun, Fitness, Friendship: Tiga Pilar yang Mengakar

Di tengah berbagai komunitas yang datang dan pergi, Lampung Hash House Harriers tetap eksis berkat tiga prinsip yang mereka pegang erat:

  • Fun (Kesenangan): Setiap kegiatan diadakan dengan atmosfer yang cair dan tanpa tekanan. Tidak ada kompetisi, tidak ada pemenang, semua peserta dianggap berhasil hanya karena ikut melangkah.
  • Fitness (Kebugaran): Meski tidak bersifat kompetitif, kegiatan ini jelas menyehatkan. Jalan kaki, trekking, hingga trail running membantu menjaga kebugaran tubuh sambil berinteraksi dengan alam terbuka.
  • Friendship (Persahabatan): Di sinilah kekuatan utama komunitas ini. Setiap anggota, baik yang sudah senior maupun pendatang baru, disambut dengan hangat. Tidak ada hirarki kaku. Yang ada hanyalah rasa saling menghormati, mendukung, dan berbagi.

 

Menjelajah Lampung dari Jalur yang Tak Biasa

Selama 22 tahun, Lampung H3 telah menjelajah ratusan rute di penjuru Lampung, dari pesisir pantai, ladang kopi, kaki gunung, hingga pedesaan yang sejuk. Setiap minggu, rute baru dipilih, kadang menantang, kadang ringan, tapi selalu menawarkan keunikan dan kejutan.

Bagi sebagian orang, ini adalah pengalaman spiritual tersendiri. Saat kaki menapak tanah, tubuh berkeringat, dan napas berpacu dengan jalur berbatu, ada perasaan bebas yang tidak bisa dijelaskan. Dalam keheningan alam, seseorang bisa menemukan kembali dirinya sendiri.

Komunitas yang Adaptif dan Inklusif

Salah satu kekuatan Lampung H3 adalah kemampuannya beradaptasi dengan zaman. Di tengah pandemi, mereka menyusun ulang pola kegiatan dengan memperhatikan protokol kesehatan, membatasi jumlah peserta, dan memperbanyak jalur outdoor dengan sirkulasi udara alami.

Kini, seiring kembali normalnya aktivitas sosial, mereka kembali membuka diri bagi para anggota baru, lintas usia dan latar belakang. Mulai dari mahasiswa, karyawan, pengusaha, hingga pensiunan, semua bisa bergabung dan ikut merasakan sensasi "hashing".

Yang menarik, komunitas ini juga mulai memanfaatkan media sosial dan platform digital untuk menginformasikan rute, jadwal kegiatan, serta berbagi dokumentasi kegiatan. Ini menjadikan komunitas tetap relevan dan mudah dijangkau generasi muda.

22 Tahun: Bukan Akhir, Tapi Titik Tengah

Ulang tahun ke-22 ini bukan sekadar perayaan usia. Ia adalah pengingat perjalanan panjang, penuh cerita, langkah, dan peluh. Setiap jejak di jalur trekking adalah simbol dari komitmen, kesetiaan, dan kebersamaan yang dibangun selama dua dekade lebih.

Dalam perayaannya, tak hanya ada pemotongan tumpeng atau seremonial formal. Ada juga penanaman pohon, pembersihan jalur, serta diskusi santai tentang bagaimana komunitas bisa terus tumbuh dengan nilai-nilai keberlanjutan dan inklusivitas.

Penutup: Terus Melangkah, Terus Terhubung

Lampung Hash House Harriers adalah bukti bahwa komunitas yang dibangun dengan hati, semangat, dan keterbukaan akan selalu menemukan jalannya untuk bertahan dan berkembang. Di usia 22 tahun, mereka bukan hanya menjaga kebugaran tubuh, tetapi juga menumbuhkan kebugaran jiwa lewat persahabatan dan cinta alam.

Selamat ulang tahun ke-22, Lampung H3. Teruslah melangkah, karena setiap langkah kalian menginspirasi.

RUN 1090
ANNIVERSARY RUN
Minggu, 5 Januari 2025
Jam : 07.00 Wib
Dress code : Nuansa Merah
Run Site : Perumahan Citra Garden

Selamat ulang tahun yang ke-22 untuk Lampung Hash House Harriers
Komunitas luar biasa yang selama lebih dari dua dekade telah menjadi simbol semangat, kebersamaan, dan gaya hidup sehat. Perjalanan panjang ini bukan hanya tentang langkah-langkah yang telah ditempuh di lintasan, tetapi juga tentang nilai-nilai berharga yang terus kita jaga: kebahagiaan dalam setiap aktivitas, kesehatan yang menjadi prioritas, dan persahabatan yang senantiasa terjalin erat.
Setiap Run yang kita lakukan tidak hanya membawa kita melintasi jarak, tetapi juga mendekatkan hati, membangun kenangan indah, dan menanamkan makna tentang pentingnya menikmati hidup dengan cara yang positif dan penuh warna. Dalam setiap tawa dan canda, kita menemukan kebahagiaan sejati. Dalam setiap tetes keringat, kita menguatkan tubuh dan jiwa. Dan dalam setiap jabat tangan serta senyuman, kita memperkokoh ikatan persaudaraan yang begitu berharga.
Semoga di usia ke-22 ini, Lampung Hash House Harriers terus menjadi inspirasi, bukan hanya sebagai komunitas yang memadukan fun, fitness, dan friendship, tetapi juga sebagai keluarga besar yang saling mendukung, berbagi, dan berkembang bersama. Mari kita terus melangkah, berlari, dan menghadirkan energi positif, tak hanya untuk diri sendiri, tetapi juga untuk lingkungan sekitar. Bersama kita kuat, bersama kita melangkah lebih jauh. Cheers to another year of joy, health, and lasting friendships.

 



















KETIKA PESTA MANTEN MENJADI CERMIN KEHANGATAN SOSIAL

Dalam kehidupan sosial masyarakat Indonesia, undangan pesta manten bukanlah hal yang asing. Setiap tahun, khususnya di musim-musim tertentu seperti setelah Lebaran atau akhir tahun, kita bisa menerima lebih dari satu undangan dalam sebulan. Menariknya, meskipun mungkin sibuk atau harus menempuh perjalanan cukup jauh, banyak dari kita tetap merasa antusias untuk hadir. Kenapa? Karena menghadiri pesta manten itu menyenangkan, lebih dari sekadar kewajiban sosial.

Suasana yang Penuh Kehangatan

Pesta manten di Indonesia bukan hanya soal ijab kabul atau resepsi. Ia adalah sebuah perayaan penuh warna yang melibatkan banyak orang, mulai dari keluarga, sahabat, tetangga, hingga rekan kerja. Suasananya meriah dan penuh kegembiraan. Musik tradisional atau modern mengiringi langkah para tamu, senyum tersungging di mana-mana, dan aroma masakan khas hajatan menggoda dari kejauhan.

Bagi sebagian orang, terutama yang sudah jarang bersosialisasi karena kesibukan atau rutinitas, menghadiri pesta manten menjadi semacam “pelarian sosial” yang sehat. Ada interaksi nyata, sapaan hangat, dan perasaan diterima di tengah keramaian.

Ajang Silaturahmi dan Reuni Kecil

Salah satu hal paling menyenangkan dari menghadiri pesta pernikahan adalah kesempatan untuk bertemu kembali dengan orang-orang lama. Teman sekolah, sepupu jauh, bahkan tetangga masa kecil kadang muncul di tengah kerumunan. Dari satu undangan, bisa muncul percakapan yang hangat, cerita masa lalu, dan bahkan rencana pertemuan lanjutan.

Momen-momen seperti ini jarang terjadi di tengah kesibukan hidup. Maka pesta manten sering kali dianggap sebagai ajang mempererat kembali tali silaturahmi yang sempat longgar.

Makanan sebagai Daya Tarik Tambahan

Tak bisa dipungkiri, makanan adalah salah satu daya tarik utama dari sebuah pesta manten. Setiap daerah memiliki ciri khas masing-masing. Di Jawa, kita mungkin disambut dengan gudeg, nasi liwet, atau bakmi. Di Sumatra, rendang dan gulai sering menjadi sajian utama. Bahkan di pesta manten modern, kita bisa menemukan menu internasional seperti pasta, sushi, atau steak mini.

Lebih dari rasa, makanan di pesta pernikahan juga punya unsur nostalgia. Banyak dari kita masih ingat rasa es dawet saat kecil yang hanya bisa dinikmati di hajatan, atau aroma sate ayam yang dibakar di halaman rumah pengantin.

Menjadi Bagian dari Momen Spesial

Datang ke pernikahan berarti kita menjadi saksi dari momen bahagia dua insan yang memulai hidup baru. Kita menyaksikan bagaimana mereka mengucapkan janji, duduk di pelaminan, dan menerima doa dari semua yang hadir. Kadang, hanya dengan melihat pasangan pengantin tersenyum haru, kita pun ikut merasakan harapan dan kebahagiaan itu.

Ada rasa hangat yang muncul ketika tahu bahwa kehadiran kita berarti bagi sang pengantin. Apalagi jika kita termasuk orang yang mereka kenal dekat, mereka akan ingat siapa yang datang, siapa yang ikut mendoakan, dan siapa yang turut meramaikan hari istimewa itu.

Lebih dari Sekadar Amplop

Meskipun budaya memberikan amplop atau sumbangan sudah menjadi hal umum, banyak tamu datang bukan semata-mata karena merasa “harus membalas”. Banyak yang benar-benar datang karena ingin berbagi kebahagiaan. Mereka membawa doa, senyum, bahkan bantuan moral jika dibutuhkan. Hal ini menunjukkan bahwa nilai utama dari menghadiri pesta manten tetap terletak pada rasa kebersamaan.

Hadiri dengan Hati, Pulang dengan Cerita

Pesta manten adalah bagian dari budaya yang mengikat kita dalam jalinan sosial. Ia tidak hanya merayakan cinta dua orang, tetapi juga menjadi ruang di mana banyak hubungan lama dipulihkan, cerita baru dimulai, dan kebahagiaan dibagi secara kolektif.

Jadi, ketika undangan itu datang, mungkin bukan hanya tentang “pergi ke kondangan”, tapi tentang ikut menjadi bagian dari sesuatu yang lebih besar. Dan siapa tahu, dari satu pesta, kita pulang dengan hati yang lebih hangat, perut yang kenyang, dan memori yang akan bertahan lama.

 

















 

Thursday, June 19, 2025

DARI TAKUT MENJADI TERPANGGIL: MENJADI PENDONOR DARAH DENGAN HATI

 Oleh: Piet Hendro

Banyak orang menganggap donor darah sebagai tindakan sederhana, datang, duduk, disuntik, dan selesai. Tapi bagi sebagian orang seperti saya, donor darah adalah perjuangan panjang yang penuh keberanian kecil yang tidak terlihat. Bukan karena tidak ingin membantu, tapi karena ada satu hal yang selalu menghantui sejak kecil: ketakutan terhadap jarum suntik.

Saya masih ingat dengan jelas saat kecil, ketika sedang sakit dan dokter datang ke rumah untuk memeriksa. Begitu ia masuk ke gerbang rumah saya langsung kabur melalui jendela dan bersembunyi. Sejak saat itu, rasa takut terhadap jarum seperti membatu dalam tubuh saya. Setiap kali melihat alat suntik, tubuh saya menegang, napas jadi pendek, dan pikiran langsung melayang ke skenario-skenario yang menakutkan.

Namun hidup kadang memaksa kita menghadapi ketakutan yang paling dalam. Saya pernah menjalani operasi perut yang membuat saya harus dirawat di rumah sakit selama hampir seminggu. Selama itu, setiap hari saya harus menghadapi jarum: untuk infus, suntikan, dan pemeriksaan darah. Rasanya seperti dipaksa hidup berdampingan dengan mimpi buruk. Tapi di sisi lain, pengalaman itu juga menyadarkan saya bahwa ada kalanya kita tidak punya pilihan selain menghadapi rasa takut itu.

Meski begitu, donor darah tetap menjadi tantangan tersendiri. Keinginan untuk berbagi sudah lama tumbuh. Saya tahu bahwa setetes darah bisa menyelamatkan nyawa. Saya sering terlibat sebagai relawan dalam berbagai kegiatan sosial, termasuk acara donor darah. Saya membantu mengatur logistik, menyambut peserta, hingga menyemangati para pendonor. Tapi untuk benar-benar menjadi pendonor? Saya selalu mundur.

Hingga suatu saat, dengan seribu ekspresi dan perasaan yang bercampur, saya memutuskan untuk mencobanya.

Sejak langkah pertama ke lokasi donor, tubuh saya sudah dipenuhi keringat dingin. Saat pemeriksaan tekanan darah dan kadar hemoglobin, tangan saya terasa dingin dan berkeringat. Ketika akhirnya duduk di kursi donor, menunggu jarum disuntikkan ke lengan kiri, saya nyaris memejamkan mata sepenuhnya. Meski petugas PMI terus menenangkan dan berkata, “Tidak sakit, kok. Tenang saja,” tapi tubuh saya tetap menegang. Keringat mengalir tanpa bisa saya kendalikan. Bahkan saat darah mulai mengalir ke kantong, waktu terasa berjalan lambat. Beberapa menit itu terasa seperti satu jam.

Namun, setelah semuanya selesai, saya merasa... lega. Ada perasaan bahagia yang tidak bisa dijelaskan. Rasa takut memang tidak langsung hilang. Tapi untuk pertama kalinya, saya merasa berhasil mengalahkan sesuatu dalam diri saya sendiri.

Sejak saat itu, saya mulai rutin mendonor darah. Mungkin belum sesering orang-orang yang benar-benar terbiasa, tapi saya berusaha terus kembali setiap kali ada kesempatan. Di PMI, di acara sosial, di event-event komunitas. Dan ya, setiap kali tetap ada rasa takut. Tetap berkeringat. Tetap tegang. Tapi kali ini, saya tahu bahwa ketakutan itu bukan halangan untuk tetap berbagi.

Karena ternyata, keberanian bukan berarti tidak pernah merasa takut. Keberanian adalah tetap melangkah, meski rasa takut itu masih ada.

Saya menulis ini bukan untuk memamerkan apa yang telah saya lakukan. Tapi untuk mengajak mereka yang masih ragu, yang punya ketakutan yang sama, untuk percaya: jika saya yang sangat takut jarum saja bisa menjadi pendonor darah, maka Anda pun bisa.

Mungkin tubuh Anda akan berkeringat, mungkin Anda akan gemetar. Tapi percayalah, saat darah Anda mengalir untuk orang lain, yang terasa bukan lagi rasa sakit, melainkan kepuasan hati karena tahu Anda sedang menyelamatkan nyawa.

Dan untuk saya pribadi, tidak ada lagi “misteri” antara ingin menyumbang atau menghindar. Kini, saya memilih untuk hadir, dan berbagi. Setetes demi setetes, melawan ketakutan, demi kehidupan.