Wednesday, January 31, 2018

PERJALANAN 5 ( PUNCAK B29 dan B30 )


Matahari terbit dilihat dari Puncak B29
Gunung Bromo dan lautan pasir
Sesuai janjiku pada Albert (anakku yang pertama) kalau mudik akan saya ajak ke Puncak B29, kali ini dengan Erlo (keponakan) dan Bernard (anak kedua) pergi ke dengan menggunakan 2 motor trail. Sebenarnya untuk menikmati pemandangan sunrise (matahari terbit) harus berangkat dari rumah jam 03.00 wib, tapi kali ini kami berangkat jam 05.00 wib. Dengan berbekal kamera DLSR, Camera Action, Camera HP, (tripot yang saya siapkan ternyata tidak ikut terbawa) kami berangkat, dan mesti menggunakan jaket tebal untuk mengusir dinginnya tempat yang kami kunjungi.

Perjalanan dari rumah (Senduro) hanya ditempuh sekitar 1 jam dengan menggunakan kendaraan roda 2 atau roda 4, jalanan yang menanjak dan berliku. Saat ini akses sudah lebih mudah, ingat waktu pertama kali ke Gn. Bromo sekitar tahu 1985, dengan jalur ini harus ditempuh seharian jalan kaki, fisik yang baik harus juga disiapkan karena medannya yang menanjak. Sepanjang perjalanan dari rumah ke Puncak B29 bisa menikmati pemandangan alam yang indah (hutan rimba, kebun sayur dan bukit bukit).
Bila menggunakan kendaraan roda 2, langsung menuju puncak B29, tetapi bila menggunakan kendaraan roda 4 harus berhenti di rest area yang telah disiapkan dan berganti dengan kendaraan roda 2 (ojek) dengan tarif  Rp. 50.000 – Rp. 80.000 PP tergantung negonya. Untuk pengendara harus hati hati karena medannya yang menanjak dan beberapa tempat kiri atau kanan kita adalah jurang.

Kami sampai di puncak B29 jam 06.00 wib, tidak bisa menikmati sunrise, disamping cuaca agak mendung, juga matahari sudah terbit. Tetapi pemandangannya yang disuguhkan alam Gn. Bromo memang menakjubkan, benar benar menakjubkan. Awan menyelimuti gn. Bromo dan lautan pasirnya yang luas. Pesona lautan pasir dengan latar belakang Gn. Bromo, Gn. Batok dan jauh dibelakang Gn. Arjuno disisi barat, sedang disisi selatan Gn. Semeru dengan puncak Mahamerunya juga kelihatan megah dan agung seta disisi timur Gn. Lemongan dan Gn. Argopuro (kab. Probolinggo), disisi utara kelihatan desa Sukapura yang merupakan akses termudah menuju Gn Bromo melalui Probolinggo.

Aliran awan yang mulai menghilang perlahan seperti mengalir dibibir jurang membuat suasana magis, sangat indah. Setiap kali saya kesini selalu menemukan keindahan yang terus berganti tak pernah kehilangan pesonanya, tak pernah kehilangan daya tariknya untuk menikamati kebesaran karya Tuhan. Alam yang harus dipelihara dan dimanfaatkan dengan bijak oleh manusia. Karena dengan demikian manusia juga yang akan menikmatinya, kelestariannya. Salah satunya adalah menjadi obyek wisata alam (pemandangan), wisata religi (Kasada), wisata Edukasi, maupun pengolahan tanah untuk bercocok tanaman sayur. Dengan kesuburan tanah yang baik dan pengolahan yang baik maka akan didapatkan hasil yang baik pula.


Puncak B29 berada diketinggian sekitar 3000 Mdpl, jadi tidak heran kalau tempat ini udaranya dingin dan selalu berkabut. Dan kalau kita mau menjelajah lebih jauh bisa juga ke puncak B30 puncak yang lebih tinggi lagi di sebelah barat laut dari puncak B29. Di puncak B30 ini terdapat Pura kecil yang biasa dipakai/tempat doa bagi saudara kita yang beragama Hindu Tengger. Dari tempat ini bisa dilihat lebih jelas puncak Gn. Semeru dan desa Sukapura. Dan merupakan perbatasan kab. Lumajang dan kab. Probolinggo. Agak jarang wisatawan kesini disamping jalannya menanjak dan sempit juga bagi sebagian orang sampai di puncak B29 sudah bisa menikmati Gn. Bromo dan sekitarnya.

Ladang Sayur
Di Puncak B29 maupun B30 kita bisa menikmati yang menjadi maskot pendaki yaitu bunga Edelweis (saya sarankan jangan petik bunga ini, demi kelestarian alam). Jangan tinggalkan sesuatu kecuali jejak, jangan bunuh sesuatu kecuali waktu, jangan ambil sesuatu kecuali gambar. Dan ada beberapa tumbuhan yang bisa kita nikmati (makan), redberry, kecalingan dll yang rasanya agak asem asem manis. Dan kali ini saya tunjukan pada kedua anakku dan keponakan. Tumbuhan sehat yang bisa dimakan, dan ternyata mereka sangat menyukainya walau dengan ekpresi lucu, karena rasanya yang asam manis. Membuktikan di alam banyak tersedia makanan yang bisa dikonsumsi, tapi harus hati hati agar tidak makan tumbuhan yang bisa membuat alergi atau bahkan beracun.

Matahari semakin tinggi, udara masih terasa dingin, dan ini yang kadang membuat kita coba berjemur, akhirnya kulit jadi terbakar tanpa disadari. Pemandanganpun juga mulai berubah, Sekitaran Gn. Bromo semakin jelas kelihatan, lautan pasir juga kelihatan membentang dengan lalu lalang kendaraan wisatawan. Bromo memang menakjubkan.

Tuesday, January 30, 2018

NEGERI DIATAS AWAN B29


Puncak B29 
Tempat ini sangat populer dikalangan traveler, terutama muda mudi. Apalagi 2 tahun belakangan ini, Semakin populer bagi mereka yang ingin menyaksikan Gunung Bromo dari sisi yang berbeda.
Puncak B29 berada di desa Argosari kecamatan Senduro kab Lumajang Jawa Timur. Dari kota Lumajang kearah Senduro sekitar 17 Km dan dilanjutkan sekitar 18 km lagi menuju desa Argosari.
Untuk mencapai lokasi ini bisa menggunakan angkutan umum dari Klojen ke Senduro hanya dibatasi sampai jam 17.00 wib sudah agak sulit mencari angkutan ini, tapi bisa juga menggunakan jasa ojek.


Negeri diatas awan
Dari desa Senduro bisa menggunakan jasa ojek sampai di puncak B29. Untuk lebih mudahnya memang harus menggunakan kendaraan pribadi, bila menggunakan kendaraan roda 4 maka harus parkir di rest area desa Argosari dan dilanjutkan menggunakan jasa Ojek (ongkosnya sekitar Rp. 80.000 PP), tapi kalau menggunakan kendaraan roda 2 bisa langsung ke Puncak B29.
Waktu yang tepat untuk mengabadikan kegiatan ini adalah pagi hari sekitar jam 04.30 - 06.00 Wib untuk menyaksikan matahari terbit dan awan yang mengambang dibawah puncak B29. Serasa kita berada diatas awan.

Latar belakang gn. Bromo, lautan pasir
Gunakan jaket agar tidak kedinginan dan wajib untuk menyiapkan kamera, handycam (minimal kamera HP,  hehehe,,,,,)
Pemandangan akan berganti setiap saat seirng waktu dan cuaca, inilah yang membuat puncak B29 begitu menarik untuk diabadikan. Setiap saat begitu indah, sayang dilewatkan untuk diabadikan sebagai oleh oleh.
Dalam perjalanan ke B29 atau sebaliknya, bisa melihat pemandangan penduduk suku Tengger yang sedang bercocok tanam sayuran, bawang pre (daun bawang), wortel, kol (kubis), kentang dll.

Puncak B29 diselimuti kabut pagi
Bercengkrama dengan penduduk setempat juga menjadi hiburan tersendiri, mereka sangat ramah terhadap pendatang (wisatawan). Kalau kita mau juga bisa ikut mencoba berladang dengan penduduk setempat. Hanya perlu kesiapan kita, karena medannya yang begitu curam, diantara lembah dan bukit. Kalau tidak terbiasa dipastikan napas akan ngos-ngosan. Belum lagi kalau mereka membawa hasil ladang dari lembah kejalan yang bisa diakses kendaraan, mesti dipikul. Jangan anda coba-coba untuk melakukannya, "tidak kuat, hahaha....". Biarkan saja mereka yang melakukan dengan caranya.


Latar belakang lautan pasir


SENDURO

Pura Mandara Giri Semeru Agung




Puri Dewi Rengganis











Desa disebelah barat kabupaten Lumajang  ini menjadi tempat aku dilahirkan. Tempat yang sejuk cenderung dingin dengan lingkungannya yang masih banyak kebun kopi, cengkeh, pisang dan pohon albasia serta hutan rimba kawasan Taman Nasional Bromo Semeru Tengger yang masih terjaga. Dan suku Tengger yang mendiami daerah Argosari dengan aktifitasnya bertanam sayuran, kentang bawang pre, kol, wortel dll. Untuk wilayah Senduro sendiri terkenal dengan buah pisang Agung yang menjadi maskot kota Lumajang, yang tidak akan ditemukan di daerah manapun di Indonesia.
Salak Pondoh
Pisang Mas
Api unggun di kebun
Untuk wilayah kecamatan Senduro banyak tempat yang bisa "di explore".
Air Terjun Manggisan
dikunjungi, Gunung Semeru, Gunung Bromo yang tidak asing lagi bagi sebagian besar orang pasti sudah mengenalnya bahkan sampai ke luar negeri. Dan yang lagi trend adalah puncak B29 negeri diatas awan, Pura Mandara Giri Semeru Agung, Pemandian Selokambang, Air Terjun Manggisan, Watu Klosot dan banyak tempat lain yang bisa dikunjungi.
Kali ini aku hanya ketempat disekeliling rumahku saja, depan rumah, Pura Mandara Giri Semeru Agung, Kebon Kopi dan Cengkeh kebun salak dan duren dibelakang rumah.
Oh ya rumah kami "Puri Dewi Rengganis" biasa dipakai sebagai home stay untuk saudara saudara dari Bali untuk berziarah ke Pura Mandara Giri Semeru Agung yang lokasinya tepat di depan, sangat strategis, apalagi saat acara Piodalan (Piodalan adalah wujud bhakti sebagai usaha untuk mencapai jagadhita yang dalam babad Bali)  biasanya bulan Juni atau Juli tiap tahunnya.

PERJALANAN 4 ( SENDURO - LUMAJANG - KEBUN WETAN)



Panen Salak


Durian, yang mulai membesar
Menikmati suasana rumah yang masih dikelilingi kebun (Salak, Duren, kopi) memang sangat menyenangkan, dengan udaranya yang sejuk dingin. Dan Pura Mandara Giri Semeru Agung yang megah di depan rumah juga memberikan kesan religi dan damai.
Kegiatan kali ini, bercengkerama dengan keluarga besar, dan panen salak yang kebetulan sudah waktunya panen. Sore hari kami bersama ke kebun “Wetan” (Kebun kopi, pisang, kelapa, cengkeh, duren), membuat api unggun untuk mengusir nyamuk, mengambil degan (kelapa muda) dan menikmatinya menjadi pengalaman tersendiri bagi kami, anak dan keponakan.
Beberapa pohon yang ada dikebun kami roboh/tumbang setelah beberapa hari sebelumnya di terjang siklon Dahlia. Setelah siklon tropis Cempaka terpantau menjauhi wilayah Indonesia, kini muncul siklon tropis Dahlia. Siklon tropis tersebut menyebabkan perubahan cuaca yang ekstrem seperti hujan deras dan angin kencang.  Pohon duren, pohon cengkeh yang sudah berumur 30 tahun lebih tumbang oleh siklon ini. Tidak hanya di kebun kami, tetapi hampir semua wilayah yang dilewati siklon ini mengalami hal yang sama. Pohon albasia yang menjadi andalan wilayah kami juga tidak lepas dari bencana ini, patah, tumbang, roboh. Bahkan pondok yang kami dirikan di kebun juga roboh.

Pondok yang sebagian roboh
Sebagian team
Tapi ini tidak membuat kegembiraan kami berkurang, kebahagiaan kami tetap tumbuh seiring tumbuhnya anak anak, keponakan kami. Tetap menikmati kebersamaan untuk menikmati kelapa muda, hangatnya api unggun, dan gigitan nyamuk (hahahahaha.....).
Mengajak anak-anak ke kebun membuat mereka menjadi lebih mengenal alam, lingkungan yang lain dari kesehariannya. Lebih mengenalkan pada mereka, tumbuhan cengkeh, kopi, pisang, kelapa, pete, duren dll. 
Dan antusias mereka untuk memetik kelapa muda sendiri yang kebetulan tidak terlalu tinggi, serta coba untuk membelahnya dengan caranya sendiri.

Saturday, January 27, 2018

PERJALANAN 3 ( PROBOLINGGO )



Perjalanan ke Lumajang dari Malang, kami lewat jalur utara (Malang, Pasuruan, Probolinggo, Lumajang), walau sebenarnya agak malas lewat jalur ini karena dipastikan jalanan macet dan banyak kendaraan besar (truk, bus), tetapi karena ada janji dengan kakak sepupu dari Pasuruan dan dari Probolinggo maka ya sudah, harus lewat jalur ini. Benar saja Blimbing, Singosari, Lawang jalanan padat merayap. Tetapi setelah Purwosari karena sudah terpisah jalur Surabaya dan Pasuruan, maka jalanan lancar. Sampai di tempat janjian (Sari Kuring Probolinggo) kami harus menunggu kakak sepupu yang dari Krucil, sebuah desa dikaki gunung Argopuro yang indah (cek ke mbah google) sambil makan kenyang sambil ngantuk. Menyenangkan bisa bertemu dengan saudara, apalagi ketemu Gista (kakak sepupu punya anak, anaknya punya anak, namanya Gista) hehehe… jadi kalau manggil aku Embah ( yaaa….dipanggil embah, hehehehe). Lucu dan ternyata mau aku gendong walau belum pernah ketemu sebelumnya, rayuannya ………diajak naik odong odong di alun alun Probolinggo dan makan bakso stasiun. Karena semakin malam, maka kami lanjutkan perjalanan ke Lumajang dan berhenti sebentar di Leces untuk membeli mangga arummanis, yang harganya sanagat muarah karena sedang musim mangga. Dan sampai di rumah sekitar jam 23.00 wib.

Thursday, January 25, 2018

PERJALANAN 2 ( KEDIRI - MALANG )


Bunga yang bisa dibeli di Dewi Sri



Kali ini tujuan kami ke Lumajang, karena ada saudara yang juga tinggal di Malang, maka kami putuskan untuk menginap semalam di Malang. Perjalanan melalui jalur Kediri – Pare – Batu – Malang. Jalur ini sangat menarik karena di kanan kiri perjalanan pemandangan alam bisa dinikmati, walau jalan berbelok belok, dan mesti berhati hati. Masuk di daerah Pujon, kami berhenti di Dewi Sri, tempat wisata pemandian dan tempat jualan sayur, buah maupun bunga segar. Bagi para pelintas jalan ini, sayang kalau dilewatkan, karena harganya cukup murah untuk belanja keperluan dapur. Perjalanan dilanjutkan ke arah kota Batu, sebenarnya bisa juga mampir ke Air terjun Coban Rondo (sekitar 2 km) tetapi kali ini kami merelakan untuk tidak mampir.
Sayuran yang bisa dibeli di Dewi SRi
Mengenang masa kuliah, kami berhenti di Payung (istilah tempat istirahat di puncak kota Batu) untuk menikmati sate ayam dan sate kelinci. Di tempat ini banyak tersedia makanan maupun jajanan, sate kelinci, sate ayam, bakso malang, mie instan maupun jagung bakar. Pada malam Minggu biasanya ramai anak muda yang nongkrong disini dengan melihat pemandangan malam kota Batu. Jalanan berbelok belok dengan pohon Pinus dikiri maupun kanan. Kota Batu menjadi tujuan wisata yang menarik, karena menawarkan tempat wisata yang bervariasi, wisata alam maupun wisata buatan. Siapa yang tidak mengenal Jatim Park 1, Jatim Park 2 dan sekarang dibuka baru Jatim Park 3, Musium Angkut, wisata alam juga ada, air terjun (coban) Rondo, coban Talun, pemandian air panas Cangar, dan masih banyak yang lain.

Pemandangan dari payung
Perjalanan sempat tersendat, macet di daerah Dau, karena ada alat berat (excavator) yang jatuh dari alat angkut (trailer excavator). Sampai dirumah saudara di daerah Sawojajar, kami disuguhi tahu telor khas Malang yang sangat familiar buat lidah kami, sangat uenaak… Sebetulnya kami menunggu tukang bakso lewat, tetapi kali ini tidak lewat karena sudah larut malam.





Menikmati Sate kelinci

Tuesday, January 23, 2018

PERJALANAN 1 ( LAMPUNG - KEDIRI )

Bus Puspa Jaya

Mendengar kata liburan bagiku sangat menyenangkan. Musim liburan sekolah telah tiba, cukup lama dari tanggal 18 Des 17 – 4 Jan 18 dan aku sendiri cuti tgl 27-29 Des 17, karena ada hari Sabtu dan Minggu serta libur bersama maka aku off kerja 11 hari. Kali ini kami berempat (Hendro, Yuli, Albert, Bernard) liburan ke Jawa Timur karena kebetulan ada acara keluarga di Kediri dan Lumajang. Sempat agak panik, karena tiket Kereta api sudah full booking, pesawat harga tinggi, Bus juga sudah full booking. Walau akhirnya dapat bus Vip PO. Harga Tiket Rp 390.000 per orang. Puspa Jaya dengan tidak ada pilihan tempat duduk. Persiapan bekal makanan berat maupun ringan telah disiapkan untuk diperjalanan, karena pengalaman, bus tidak bisa berhenti ditempat makan meskipun sudah jam makan. Perjalanan dimulai dari pool Puspa Jaya di jalan Sukarno Hatta, jam 16.30 wib terlambat 30 menit dari jadwal. Perjalanan sampai penyeberangan Bakauheni, Merak lancar, hanya ketika sampai di Merak agak ngeselin, karena harus lewat jalur umum tidak lewat toll karena harus mencari minimarket untuk top up e-money sebagai alat pembayaran toll.
Pemandangan dalam perjalaban
Perjalanan lancar, sampai akhirnya di tol Kebon Jeruk tersendat, dan jalanan mulai padat di tol Cikampek. Macet juga terjadi di Pekalongan, Semarang, Salatiga dan di Caruban. Biasanya samapai di Kediri jam 17.00 wib, kali ini sampai jam 05.00 wib terlambat 12 jam.

Hari pertama (24 Desember 2017) di Kediri istirahat, sore ke Gereja untuk mengikuti Misa malam Natal. Dilanjutkan reuni keluarga besar Mbah Sodi, dari Kediri, Lampung, Surabaya, Malang. Menyenangkan bersama keluarga besar, berbagi cerita, hadiah, makan bersama, bergurau bersama sambil merencanakan rencana reuni rutin yang akan dilaksanakan sekali setahun. Kegembiraan berlangsung sampai jam 23.00 wib.