Sunday, September 19, 2021

LHHH RUN 925, 19 SEPTEMBER 2021, PANTAI SELAKI - LAMPUNG SELATAN

Untuk kesekian kalinya pantai Selaki, sebuah tempat wisata pantai di daerah Tarahan, Lampung Selatan menjadi titik kumpul kegiatan rutin komunitas LHHH. Seperti biasa sebelum jam 07.00 wib, teman teman sudah hadir dilokasi. Menikmati suasana pagi di pantai dengan deburan ombak yang cukup besar. Langit berawan dengan sedikit mendung dan kadang rintik hujan.
Diawali dengan sarapan empek empek yang dibawa salah satu anggota. Memang sarapan pakai empek empek? entahlah, tapi kenyataannya enak dan habis, hehehehe. Berlindung di pondokan yang kami sewa, hujan turun sebentar sedikit membasahi teman teman yan sedang bermain di pantai.

Kali ini perjalalan hash dimulai sekitar jam 07.20 wib, setelah berfoto bersama sebagai kenangan. Dan seperti biasa jalur tetap dibagi 2, jalur long dan jalur short dimana diperkirakan untuk jalur long menempuh jarak 11 km. 

Melintas jalan raya lintas Sumatera, perjalanan dimulai dengan jalan menanjak menuju kebun cacao, pisang, kelapa. Dan selanjutnya jalan yang lebih menanjak menuju puncak bukit yang merupakan lahan kebun, yang sebelumnya ditanami jagung, kali ini sepertinya sudah dipanen, sehinggi hanya terlihat batang batang yang tajam, kami harus hati hati. 

Puncak bukit menjadi daya tarik tersendiri bagi kami, karena memang lokasi nya yang terbuka, sehingga sejauh mata memandang adalah hamparan laut dengan pulau pulaunya di kejauhan. Cukup lama kami disini, karena memang enak memandang laut dari atas bukit, sambil mengabadikan dengan kamera HP.

Benar benar pemandangan yang sangat menakjubkan. Tidak mesti pergi keluar kota untuk menikmati pantai dari sisi yang berbeda. Kali ini langit berawan tetapi seperti tidak sampai cukup untuk menurunkan hujan, sehingga perjalanan kali ini cukup enak, karena tidak terlalu kena terik matahari.

Sebenarnya cukup asik berlama-lama dilokasi bukit ini untuk menikmati pemandangan, tetapi karena perjalanan baru dimulai sedangkan tujuan masih jauh, terpasaksa kami harus kembali menyusuri jalan setapak menuju jalur yang telah di buat dua hari sebelumnya.

Menyusuri jalan setapak juga terlihat ada 1 rumah penduduk dan beberapa menit perjalanan ada lagi rumah penduduk yang kelihatan 2 anak kecil bermain dengan anjing anjingnya. Dan setelah beberapa menit perjalanan kami temukan lagi rumah penduduk yang dihuni seorang nenek dan seorang ibu dengan 2 anak kecil. Rumah kecil dengan dinding bambu yang sudah tua menjadi pelindung bagi penghuninya.

Pada akhirnya kami sampai di sebuah rumah ditengah kebun, dengan seorang perempuan tua. Ditempat ini biasa kami gunakan tempat istirahat untuk sekedar membasuh muka, duduk sebentar. Kali ini telah disiapkan oleh nenek beberapa butir kelapa muda. Sungguh menyegarkan, menyehatkan minum langsung dari tempurung yang baru dibelah. Tenaga kami menjadi sedikit dikembalikan dengan kesegarannya. 

Baru 40 hari sebelumnya, suaminya (berumur 75 tahun) meninggal dunia. Sekarang nenek tinggal bersama anaknya untuk mengurus kebun kemiri, pala, dll. Pohon pala sepertinya mendominasi disekeliling rumah nenek selain pohon kelapa, kemiri.

Perjalanan kami lanjutkan, sebenarnya ada jalur memotong yang lebih dekat, tetapi kami sepakat untuk tetap paja jalur long. Melewati turunan, menyeberang sungai kecil dan menanjak dengan pohon durian yang cukup besar serta di bawahnya ditanami tumbuhan vanili dengan pohon penyangganya. 

Tanjakan cukup jauh, membuat keringat membasahi tubuh kami, namun demikian candaan, gurauan, cerita lucu, konyol menjadi bumbu perjalanan ini. Sesekali kami harus berhenti untuk sekedar menenangkan jantung yang keras berpacu.

Setelah tanjakan yang cukup jauh kami kembali masuk kedalam perkampungan, disini terdapat banyak rumah rumah dengan  banyak penghuninya. Banyak anak anak bermain sambil menyapa kami. Dan disebuah rumah terlihat berkumpul ibu ibu, yang rupanya sedang memilah dan mengupas buah jengkol hasil kebun. Sempat bertanya pada mereka, harga 1 kg mencapai Rp 10.000. Sepertinya ini menjadi salah satu kegiatan untuk menggerakan perekonomian desa. Dan mereka juga mengupas buah kemiri untuk memisahkan dari kulit kerasnya.

Perjalanan dilanjutkan kembali kejalan setapak yang sedikit menanjak dan selanjutnya menurun dengan jalan agak basah dan licin, disini pejalan harus berhati hati agar tidak terjatuh. Agak jauh jalan menurun, menyeberangi sungai dan selanjutkan kembali menanjak. 

Sampai kami pada jalan beton sebagai akses jalan penduduk, dan rumah rumah penduduk juga terlihat walau sepertinya saling berjauhan. Disini jalan cukup bagus dan menjadi sarana penduduk untuk menjual hasi kebun keluar dari wilayah mereka. Sepeda motor yang dimodifikasi menjadi salah satu andalan mereka sebagai transportasi orang maupun barang.

Kami menyusuri jalan beton yang sudah bagus walau demikian kami harus berhati hati karena ketika jalan menurun justru licin bagi kami pengguna sepatu tracking. Sepatu tracking memang bagus untuk jalan tanah tetapi untuk jalan beton mesti ektra hati hati, apalagi jalan beton yang sudah berlumut, tidak disarankan melaluinya.

Jalan ternyata semakin menurun terjal dan panjang, kaki kami sepertinya tertekan kedepan  kalau tidak hati hati bisa berakibat kuku kaki copot, dan itu sudah pernah terjadi pada teman kami. Jalan menurun memang tidak banyak menguras tenaga tetapi tumpuan pada kaki semakin besar terutama pada sendi dan telapak kaki. Saat turun tekanan sendi mencapai 5 kali berat tubuh. Badingkan kalau berjalan tekanan sendi 2 kali berat tubuh, naik 3 kali tekanan tubuh dan turun meningkat mejadi  5 kali berat tubuh. Untuk itu mesti berhati hati agar tidak terjadi hal hal yang tidak diinginkan.

setelah lelah menahan beban tubuh karena jalan menurun yang cukup panjang, kami tiba di jalan beraspal kendaraan umum yang merupakan jalan lintas Sumatera. Perjalanan menyusuri jalan beraspal diperkirakan sekitar 2 km menuju titik kumpul kami di pantai Selaki. Terbantu kami dalam perjalanan ini karena langit masih tertutup awan tipis, sehingga tidak langsung tersengat matahari. 

Dan perjalanan 11 km berakhir di titik kumpul, beberapa teman sudah menunggu kami, tetapi sebagian juga sudah pulang (teman yang mengambil jalur short). Seperti biasa kali ini kami disambut dengan masakan special bu Mina, Soto ayam lontong. Bayangkan saja, lelah, lapar, haus dan didepan kami tersedia makan lezat yang hangat. Setelah duduk sebentar, langsung kami santab sebagai penutup kegiatan rutin mingguan kali ini. Selanjutnya kami duduk santai memandang laut lepas dan sebagian ada yang bermain pasir dan air laut. Siang memang waktunya air laut surut, sehingga enak untuk bermain air.

Sedikit tentang pantai Tanjung Selaki. 

Pantai Tanjung Selaki berada diwilayah kabupaten Lampung Selatan, obyek wisata laut ini berada di desa Tarahan sekitar 30 km dari kota Bandar Lampung, tepatnya di jalan lintas Sumatera Katibung. 

https://goo.gl/maps/KD62vgyWhxiEG7Ma8

Hashing News Lampung HHH
RUN ke 925. Minggu,   19 Sept 2021.Lokasi  Pantai Tj Selaki, Lam Sel.
Dress code: Hijau stabilo garis2 hitam Panindo
Tiket masuk: 10 ribu/mobil
Lokasi ini para Hasher memberikan predikat 3 in 1.Krn di sini Kt dpt duduk2 santai sambil menikmati suasana pantai, Hasher bs berenang dan tentunya trail Run nya luar biasa. Team hare memilih rute sepanjang 10 K dng view yg luar biasa instagramable. Cukup ditempuh dlm 2.5 jam Run *Disamping itu trail tuk Medium Run jg ada dan bagi yg JJS tinggal menyusuri sepanjang pantai Tj Selaki. Pokoknya semua ini tuk meninggikan Imun /anti body kita semua dimasa PPKM ini.  *Pokoknya minggu bsk semua Hasher pasti puas deh.Tp kita perlu mengingatkan kembali kpd para hasher LHHH utk selalu:
- Mematuhi Prokes 5M
- Jangan hadir Hash jika merasa badan kurang sehat.
- Jangan hadir Hash jika baru pulang dr luar kota.
- Jangan hadir Hash jika ada anggota keluarga satu rumah yg terpapar Covid-19.
Salam sehat dan bahagia tuk kita semua. Yess.😍n..😍n...!!!





















No comments: