Sunday, December 09, 2012

SAYA MAU NYUMBANG, TETAPI PADA ORANG YANG TEPAT

"Saya sebetulnya mau berderma tetapi saya tidak tahu kemana dan kepada siapa?". "Kan banyak badan atau lembaga yang bisa menyalurkannya?", jawabku. "Wah, lebih baik saya ndag nyumbang dari pada lewat mereka, pasti disunat atau bahkan tidak nyampek pada yang berhak".
Demikian salah satu ungkapan seorang pengusaha kepadaku, pada satu kesempatan. Bukan rahasia lagi bagi orang Indonesia, ketika ada bencana atau kejadian yang memerlukan bantuan, banyak orang yang punya "hati" untuk membantu meringankan beban mereka yang tertimpa musibah, dengan menyumbangkan berbagai macam barang kebutuhan pokok (beras, gula, makanan instans dll), kebutuhan sandang (baju, selimut, dll), kebutuhan papan (semen, dll), atau bahkan uang. Tetapi jujur saja, berapa persen yang benar-benar sampai pada yang berhak. Kesempatan dalam kesempitan, itu kata-kata yang sering kita dengar, benar-benar dimanfaatkan oleh orang-orang tidak bertanggung jawab, tidak punya "hati" mengambil kesempatan ini sebagai peluang memperkaya diri.
Hal inilah yang merisaukan mereka yang punya "hati", bagaimana mereka bisa menderma tetapi pada orang yang benar-benar memerlukan, orang tepat.
Ada cerita seorang teman yang " kejatuhan bintang". Ketika suatu hari didatangi orang bule, yang mengaku dari negeri kincir angin, Belanda. Dia menawarkan membelikan beberapa barang yang dibutuhkan ditempat tersebut, yang kebetulan tersebut adalah sekolah pariwisata. Teman tersebut diajak keliling toko dan membelikan beberapa barang yang memang dibutuhkan, ketika bilang membutuhkan Notebook 2 buah, dia belikan 5 buah, ketika bilang minta 3 set PC, dibelikan 8 set PC dan seterusnya. Setelah ditotal diperkirakan senilai 100 Juta Rupiah.
Menjadi heran ketika ditelusuri, kenapa dia mau menyumbang sedemikian besar tanpa ada timbal balik atau maksud tertentu. Dalam pikiran temanku tadi, "mungkin" sipemberi tadi punya "history" dengan Indonesia sehingga mencari cara untuk membantu orang Indonesia yang secara umum masih berada dalam kemiskinan.
Dan memang benar, setelah disimpulkan dari pembicaraan selama ini, bahwasannya dia ingin membantu orang Indonesia tetapi tidak mau lewat lembaga resmi atau lembaga lain, karena dia tahu persis bantuan itu tak akan pernah sampai pada yang berhak bila lewat lembaga tadi. Datang dan langsung bertemu dengan orang yang memang dia ingin bantu itu cara yang paling tepat.

2 comments:

Jejak Robert said...

Berbagi sedikit kekayaan pada yang membutuhkan zaman dulu sampai sekarang masih dianggap sebagai salah satu cara untuk penghapusan dosa. Bukan menyumbang dengan hati yang tulus.

Hendro said...

Menyumbang dengan berharap.