Rumah Retret Hening Griya berlatar belakang Gn.Slamet |
Mendapatkan undangan pertemuan FPBN tanggal 10-11 Mei 2014 di Baturaden, Purwokerto, membuatku antusias untuk ikut berpartisipasi. Berangkat dari Lampung dengan menggunakan bus Sinar Jaya, tarif Rp 250.000 dengan dua teman cukup menyenangkan sebelum akhirnya ada beberapa kejadian yang kurang mengenakan. Ban belakang bus yang pecah dan ada seorang ibu yang akan menjengguk anaknya yang sedang sakit di Jogjakarta harus kehilangan uang dan beberapa barang berharga di tasnya. Sepertinya ada pencopet yang sengaja naik bus dengan membeli tiket dan setelah aksinya berhasil, mereka turun di suatu tempat.
Perjalanan Lampung Purwokerto melalui jalur Bandung, Nagrek, Ciamis, Majenang, Purwokerto, yang seharusnya sampai sekitar jam 10.00-11.00 wib, harus terlambat sampai jam 14.00 wib, karena harus lapor polisi untuk kejadian pencopetan.
Sampai di kantor PSE Keuskupan Purwokerto, kami harus rela menunggu di luar, karena rumah tertutup dan menunggu dijemput untuk diantarkan ke Baturaden. Sambil menunggu kami menikmati bakso di depan PDAM Lama dan es dawet yang cukup menghibur walau sedang menunggu.
Setelah setengah jam kami menunggu akhirnya mobil datang, tetapi kami tidak langsung menuju Baturaden melainkan "hunting" tiket pulang, karena bertepatan dengan hari Minggu. Benar juga, mulai dari travel, kereta api, dan bus penuh untuk hari minggu, tetapi masih beruntung kami dapat tiket bus jurusan Tangerang setelah berkeliling terminal.
Tidak asing buat saya Baturaden, karena 15 tahun atau lebih yang lalu saya pernah ke tempat ini ketika masih mahasiswa, hanya saja agak lupa arah dan tempatnya. Sambil mengingat saya bertanya teman yang mengantar kami beberapa hal tentang Baturaden.
Bertempat di Hening Griya (HG) sebuat rumah Retret yang lokasinya cukup strategis karena bisa melihat pemandangan kota Purwokerto dan puncak Gn. Slamet, karena memang Baturaden berada di kaki Gn. Slamet. Udara sejuk dan bersih, cuaca cerah, menyambut kehadiran kami di Baturaden, serta teman-teman yang sudah mulai pertemuan dari jam 16.00 wib. Setelah minum kopi kami langsung bergabung dan mempresentasikan kegiatan yang sudah kami lakukan di Lampung kepada para peserta dari beberapa daerah diantaranya, Palembang, Lampung, Serang, Tangerang, Bandung, Bogor, Jakarta dan Purwokerto yang kali ini sebagai tuan rumah.
Jam Istirahat, mandi, makan dan tidak membuang kesempatan untuk jalan-jalan di sekitar RR Hening Griya untuk melihat suasana malam yang memang cukup hening, dingin, dan pemandangan malam yang sungguh indah kota Purwokerto.
Pagi, bangun jam 04.00 wib, udara dingin cukup membuatku ingin memeluk guling dan berselimut kembali, tetapi gambaran malam kemarin membuatku ingin segera menyambut matahari pagi untuk aku bawa dalam kenangan gambarku "hunting sunrise". Dan megahnya puncak Gg. Slamet, membuatku tetap dan selalu takjub akan kebesaran Tuhan yang telah menciptakannya. Aku ketika itu tahun 1994 bersama enam teman kampus berhasil mencapai puncak Gn. Slamet membuatku tetap mendalam mengenang dan memahami betapa indah pemandangan dan ingin kembali untuk mendaki lagi.
Pagi saya buka dengan "hunting" foto sebelum akhirnya acara dilanjutkan dengan Misa Pagi Kapel RR. Hening Griya. Sarapan, dan pertemuan dengan teman-teman Aliansi FPBN dilanjutkan hingga jam 12.30 wib. Sharing, diskusi mengenai Merancang Strategi Gerakan Penguatan Advokasi Buruh cukup terbuka, ringan menghasilkan beberapa kesepakatan, diantaranya penguatan ekonomi buruh untuk penguatan perjuangan serikat buruh.
Peserta Pertemuan Aliansi dan FPBN |
Acara diakhiri dengan foto bersama dan setelah makan siang, kami bersiap untuk aktivitas selanjutnya yaitu menuju tempat rekreasi yang kali ini tujuan kami adalah Pancuran 7. Dengan diantar panitia kami menuju pancuran tujuh dengan membayar Rp 15.000 / orang, perjalanan sekitar 4 km dari gerbang, cukup menyenangkan karena harus melewati pohon-pohon rindang (pohon damar, pohon rimba) dan jembatan yang oleh teman kami dihitung ada 17 buah. Walau agak sedikit kuatir dengan jalan menanjak karena aspal jalan sudah banyak yang mengelupas. Sampai di parkiran mobil, setelah mengambil beberapa foto kami harus melanjutkan perjalanan dengan jalan kaki menuju pancuran 7 yang cukup jauh. Melewati beberapa pedagang makanan (jagung bakar) dan minuman (legen atau air aren), cukup membuatku berkeringat, tetapi canda teman-teman juga membantu menghilangkan rasa lelah.
Dan Pancuran 7 menyambut kami dengan air belerangnya yang cukup panas atau bahkan cenderung panas untuk hanya sekedar merendam kaki. Dan aksi "narsis" kami mulai muncul, jeprat-jepret untuk mengabadikan kedatangan kami yang pertama kalinya. Setelah dirasa cukup, kami mendapatkan tawaran dipijat dengan dilumuri cairan lumpur belerang oleh beberapa orang dengan membayar Rp. 20.000 untuk pijatan sekitar 20 menit. Menurut mereka ini bisa menyembuhkan beberapa penyakit kulit dan menghaluskan kulit.
Sebenarnya Baturaden mememiliki beberapa tempat rekreasi seperti Pancuran 3, Telaga Hening dll, namun karena kami harus segera kembali ke Lampung, maka menjadi agenda tersendiri untuk suatu waktu kami kembali untuk mengunjunginya.
Team dari Lampung |
Pancuran 7 |
Pijat dengan diolesi belerang |
Kami |
Teman-teman dr Lampung dan Jakarta |
Teman-teman dari Jakarta dan Palembang |
No comments:
Post a Comment