Dimulai awal bulan Februari 2018, rumah yang kami tinggali beberapa tahun mesti direnovasi karena atap, plafon sudah rusak. Karena memang rumah yang kami beli dibangun tahun 1998, type 21 luas tanah 175 meter persegi (10 meter x 17,5 meter). Cukup luas untuk ukuran tanah di perumahan. Ya... kami membelinya dengan meneruskan kredit ke bank BTN dengan iuran sekitar Rp. 97.000.
Dengan pertimbangan matang, karena banyak pohon yang harus kami tebang, harus dikorbankan, pohon jambu biji merah, pohon sirsat (2 pohon), pohon anggur, pohon lengkeng, pohon jambu jamaika, buah naga, pohon salam, anggrek tanah, pohon cacao, akhirnya kami merenovasi rumah.
Buat kami tanaman itu sangat bermanfaat, sebagai peneduh, resapan air hujan dan penting lagi buahnya menjadi asupan vitamin gratis setiap saat.
Dan yang "tragis" burung pipit yang bersarang dipohon klengkeng jadi berkurang, juga burung kutilang yang selalu mampir sekarang entah kemana.
Tapi itulah resiko perubahan, resiko tranformasi yang mesti dihadapi. Yang jelas masih ada beberapa pohon yang siap dijadikan sarang mereka, diantaranya pohon jambu Jamaika, pohon Juwet (jamblang), pohon jambu merah yang aku tanam lagi walau masih ukuran 3 meter.
Dan akan aku siapkan kolam ikan, sangkar/kandang burung yang cukup luas dan tanaman bunga dan buah serta sayur. Sedang aku rancang semacam vertical garden untuk tanaman bunga dan sayur.
Itu rencana kami, rumah yang terbuka buat siapapun yang ingin berkarya, teman-teman, wartawan, sastrawan/wati, penulis, warga lingkungan, saudara, teman, burung, lebah, kelelawar, ikan, dll. Silahkan untuk menginap dirumah kami kapanpun diperlukan. Ada beberapa kamar yang siap digunakan, dapur terbuka untuk masak, dan ruang terbuka untuk nongkrong, diskusi atau sekedar duduk ngopi.