Lampung Hash House Harrier (LHHH)
adalah kegiatan luar ruang yang diikuti oleh member atau partisipan baik
perempuan maupun laki-laki, tua maupun muda, dari kalangan apapun (pengusaha,
karyawan, pedagang, polisi, Tentara, dokter, pengacara, pensiunan dll) serta
dari suku apapun. Dan semua terbentuk karena kesamaan hobby, kesamaan minat
yang tergabung dalam sebuah komunitas. Kegiatan luar ruang ini memiliki
banyak
tantangan dan resiko ringan maupun berat. Terpeleset, terjatuh, kram, pingsan,
hanyut, dehidrasi maupun resiko tersesat. Oleh karena itu perlu adanya team
hare yang bertugas untuk men survey rute.
Team ini biasanya melakukan hare
pada hari Jum’at setiap minggunya, untuk memastikan rute yang dilalui aman dan
tidak menyesatkan. Hal ini dilakukan dengan melakukan perjalanan (survey) rute
yang akan dilalui dengan memberikan tanda-tanda. Tanda-tanda yang umum dipakai
adalah taburan kertas, titik 3 merah di pohon, batu dll, serta tanda panah.
Taburan kertas akan diletakan sebelah kiri rute untuk memastikan perjalanan
telah benar bukan arah sebaliknya.
Berkumpul jam 07.00 wib, hare dimulai dengan menelusuri jalan dikebun durian ko Octa yang banyak berjatuhan ditanah, namun buah musim kali ini kurang bagus, tetapi masih ada juga yang bisa dimakan. Selanjutnya kebun rambutan kami lewati, disini bisa ambil buah rambutan sepuasnya apalagi buah sudah matang dan bisa dijangkau tanpa harus memanjat.
Rute menuruni bukit yang licin
dan basah kami bertemu seorang yang
sedang memikul buah durian. Pak Hadi langsung nawar Rp 200.000 kalau bagus
makan ditempat dibayar. Harga yang cukup murah mendapat 11 buah. Durian langsung dibuka dan kamipun berebut untuk memakannya,
dan ternyata rasanya sungguh enak, ada pahit-pahitnya dan bijinya kecil dengan
daging durian tebal. Benar-benar pesta durian. Yang sebelumnya kami berebut,
lambat laun mulai melambat karena perut sudah terasa agak berat namun akhirnya
11 durian bisa kami habiskan dengan sukses.
Meski kepala agak terasa pusing,
perjalanan team hare dilanjutkan, untung jalan yang kami lalui menurun.
Menapaki jalan menurun, basah dan licin menyeberangi sungai kecil memberikan
tanda taburan kertas serta titik tiga cat untuk memastikan rute yang akan
dilalui hasher aman. Setelah dihibur dengan jalan turun, kami kembali menemukan
jalan menanjak, dan ternyata tanjakannya cukup tinggi dan jauh. Ya, licin,
basah serta tanah yang lengket menjadi bagian rute ini, namaun demikian
pepohonan dan kebun disepanjang perjalanan sungguh menyenangkan melalui rute
ini.
Vegetasi yang kami lalui cukup
beragam, pohon durian, pohon duku, pohon kemiri, pohon melinjo, pohon pisang, pohon
kakao, dan lain sebagainya yang menjadi tanaman andalan pekebun. Dan dibeberapa
tempat kami juga temui tumpukan durian yang dikumpulkan oelh pekebun. Namun
kami tak sanggup lagi untuk makannya sehingga kamipun tak menawarnya, dan
biasanya ditempat ini durian lebih murah.
Ternyata makan durian sebelumnya
berefek pada salah salah satu teman hare, kepalanya pusing dan harus menunggu
lama untuk berjalan kembali dan akhirnya harus kembali ke meet point di villa
ko Octa. Perjalanan dilanjutkan masuk ke perkampungan dan kembali melewati
jalan menurun yang sebenarnya sudah dipasang paving blok, namun karena musim
hujan jadi berlumut dan ini justru lebih licin daripada jalan setapak, tanah. Pohon
pinang yang ditanam oleh pekebun yang kami lewati juga menjadi spot menarik
untuk foto. Dan kembali kami menemui pekebun yang menawarkan durian, namun kami
tidak bisa membawanya atau memakannya lagi. Sempat juga mampir dipondok pekebun
durian yang sedang menunggu durian jatuh, terlihat tumpukan durian yang
berhasil
dikumpulkan.
Jalan kembali menanjak melewati kebun duku dan kakao, kemudian jalan menurun yang sudah diperbaiki oleh pemiliknya, sepertinya mau dijadikan lokasi wisata alam. Menurun, basah, licin dan lengket harus berhati-hati kami melewatinya. Dilokasi ini benar benar harus berhati-hati, jurang disebelah kanan meski berpegangan pada ranti, pohon, akar serta saling membantu.
Sampai dilembah kami harus
melintas, menyeberangi sungai kembali, ini sepertinya masuk wilayah hutan Wan
Abdul Rahman, pohon besar mendominasi rute ini. Disini kami harus
berbasah-basah, disamping tanaman yang
basah karena hujan juga kami harus menyeberangi sungai yang sama beberapa kali.
Dan yang jelas kami juga melewati air terjun Kehati yang menjadi tujuan wisata alternative
selain pantai yang memang andalan Lampung. Tidak terlalu jauh dari kota Bandar
Lampung hanya sekitar 10 km menuju arah wisata Wira Garden.
Namun demikian dari air terjun
ini kami harus kembali naik tangga yang cukup panjang, apalagi anak tangga yang
tinggi benar-benar menguras keringat. Seperti tidak terawat karena pandemic,
saat ini sudah mulai dilakukan pembenahan untuk mempersiapkan kedatangan
wisatawan. Tempat yang asri dan nyaman untuk bersantai, wisata Kehati bisa
menjadi pilihan bagi teman-teman untuk menikmati air terjun dan suasana adem.
Dari Taman Kehati kami kembali menelusuri jalan menurun dan menanjak sebelum akhirnya sampai di meet point villa Ko Octa. Disini juga kami lewati kebun durian, namun sepertinya masih belum waktunya panen.
Sampai di meet point sungguh
melegakan, rute yang cukup menantang, rintangan hampir semuanya ada, turunan, tanjakan,
basah, licin, lengket, sungai, batu. Langit tertutup awan tipis dengan warna
biru dibeberapa bagian membantu menutup sinar matahari sehingga udara tidak
terlalu pans. Namun demikian kami team hare tetap memastikan rute ini menjadi
rute hash yang aman dan rekomendasi untuk kegiatan Minggu ini.