Wednesday, June 18, 2025

25 PERNIKAHAN : MENAPAKI WAKTU, MEMAKNAI CINTA, MENYUSURI JALUR KEHIDUPAN

17 Juni, tanggal yang bagi banyak orang mungkin hanyalah hari biasa. Tapi bagi kami, hari itu menjadi penanda satu tonggak besar dalam perjalanan hidup: 25 tahun pernikahan (Pernikahan Perak). Seperempat abad hidup bersama dalam suka dan duka. Waktu yang cukup panjang untuk mengenal satu sama lain lebih dari sekadar kata cinta. Cukup panjang untuk tahu bahwa pernikahan bukanlah tujuan, tapi perjalanan yang tiap harinya harus dipilih dan dijalani ulang dengan hati yang rela.

Kami memulai hari itu dengan rasa syukur yang dalam. Di pagi yang lembut dan tenang, kami mengikuti Misa Pagi di Paroki Santo Yohanes Rasul Kedaton, dipimpin oleh Romo Damianus. Misa pagi itu terasa sangat menyentuh. Doa dan pujian yang dilantunkan seperti membuka lembaran-lembaran kenangan selama 25 tahun ini tentang awal perjumpaan kami, hari-hari membesarkan anak, hingga saat-saat saling menguatkan dalam kelelahan. Usai misa, kami membagikan bingkisan sederhana kepada umat yang hadir. Tak banyak, tapi cukup untuk berbagi kebahagiaan dalam kesederhanaan.

Sebelum pulang, kami menyempatkan membeli pecel pincuk kesukaan kami di Pasar Gintung. Tapi kali ini, tidak langsung disantap di tempat. Kami membungkusnya, dan membawanya pulang mungkin karena kami ingin menyantapnya dengan lebih tenang di rumah, di meja makan yang selama ini menjadi saksi obrolan pagi dan cerita malam kami selama puluhan tahun.

Namun, perayaan tidak berhenti di situ. Siang harinya, kami memutuskan untuk melanjutkan perjalanan ke basecamp Gunung Betung tempat yang sudah lama ingin kami kunjungi bersama. Hujan deras  turun mengguyur gunung Betung, berteduh di shelter basecamp, ditemani secangkir kopi hangat dan percakapan akrab bersama Koko dan Bejo, dua penjaga basecamp yang ramah dan bersahaja. Obrolan kami sederhana: tentang gunung, cuaca, kisah pendaki yang datang dan pergi, serta gurauan kecil yang membuat kami tertawa lepas.

Di tengah dinginnya udara hutan dan derasnya hujan yang mengalun di atap shelter, kami merasa begitu dekat bukan hanya secara fisik, tapi juga secara batin. Kami tak merayakan ulang tahun pernikahan dengan pesta besar atau perjalanan mewah, melainkan dengan keheningan alam dan kehangatan manusia-manusia sederhana. Dan mungkin justru di situlah makna perayaan ini terasa paling utuh.

Saat hujan mulai reda, kami memutuskan mendaki sampai Pos 1. Jalur yang kami lalui masih basah dan licin, tetapi kami melangkah perlahan sambil saling menggenggam tangan. Setiap langkah terasa simbolis seperti kembali mengulang perjalanan rumah tangga ini dari awal. Menyusuri hutan yang tenang, mendengar gemerisik daun, dan merasakan hembusan angin di antara pepohonan adalah pengalaman yang menenangkan. Tak ada suara selain alam, dan hati kami sendiri. Sesekali kami bertemu dengan beberapa pendaki yang sebagian ada sampai puncak, namun ada yang harus turun, hujan deras, jalur yang licin.

Kini, setelah 25 tahun, kami tahu bahwa cinta bukan hanya soal perasaan hangat di awal hubungan. Ia adalah kesediaan untuk tetap tinggal, bahkan ketika keadaan sedang tidak ideal. Ia adalah keputusan untuk tetap berjalan bersama, bahkan saat langkah terasa berat.

Dua puluh lima tahun kami lewati dengan banyak hal: kelahiran dua anak laki-laki yang kini tengah menempuh studi masing-masing satu di Bandung, satu di Yogyakarta. Mereka sudah mulai merintis jalannya sendiri, dan kami belajar melepaskan, sambil tetap menjadi rumah untuk mereka pulang kapan pun mereka butuh.

Hari itu, 17 Juni 2025, menjadi rangkaian sederhana namun penuh makna. Dari misa yang khusyuk, sarapan pecel yang dibungkus dengan cinta, obrolan hangat di shelter bersama Koko dan Bejo, sampai mendaki Pos 1 dalam hujan yang menyisakan kabut dan ketenangan. Semua itu seperti mozaik kecil yang membentuk satu lukisan besar, tentang cinta yang tumbuh dalam keseharian, dalam kebersamaan, dan dalam ketulusan.

Semoga langkah kami tak berhenti di sini. Semoga masih ada banyak pagi, banyak hujan, banyak pecel, banyak gunung, dan banyak canda untuk kami nikmati bersama. Dan semoga, cinta ini terus menjadi tempat kami berteduh, bertumbuh, dan pulang.

Selamat ulang tahun pernikahan ke-25, untuk kami.
Untuk dua orang yang memilih saling mencintai setiap hari, meski dunia terus berubah.

 








 

No comments: