17
Juni, tanggal yang bagi banyak orang mungkin
hanyalah hari biasa. Tapi bagi kami, hari itu menjadi penanda satu tonggak
besar dalam perjalanan hidup: 25 tahun pernikahan (Pernikahan Perak).
Seperempat abad hidup bersama dalam suka dan duka. Waktu yang cukup panjang
untuk mengenal satu sama lain lebih dari sekadar kata cinta. Cukup panjang
untuk tahu bahwa pernikahan bukanlah tujuan, tapi perjalanan yang tiap harinya
harus dipilih dan dijalani ulang dengan hati yang rela.
Kami
memulai hari itu dengan rasa syukur yang dalam. Di pagi yang lembut dan tenang,
kami mengikuti Misa Pagi di Paroki Santo Yohanes Rasul Kedaton, dipimpin oleh Romo
Damianus. Misa pagi itu terasa sangat menyentuh. Doa dan pujian yang dilantunkan seperti membuka lembaran-lembaran kenangan selama 25 tahun ini tentang
awal perjumpaan kami, hari-hari membesarkan anak, hingga saat-saat saling
menguatkan dalam kelelahan. Usai misa, kami membagikan bingkisan sederhana
kepada umat yang hadir. Tak banyak, tapi cukup untuk berbagi kebahagiaan dalam
kesederhanaan.
Sebelum pulang, kami menyempatkan membeli pecel pincuk kesukaan kami di Pasar Gintung. Tapi kali ini, tidak langsung disantap di tempat. Kami membungkusnya, dan membawanya pulang mungkin karena kami ingin menyantapnya dengan lebih tenang di rumah, di meja makan yang selama ini menjadi saksi obrolan pagi dan cerita malam kami selama puluhan tahun.
Namun,
perayaan tidak berhenti di situ. Siang harinya, kami memutuskan untuk melanjutkan
perjalanan ke basecamp Gunung Betung tempat yang sudah lama ingin kami kunjungi
bersama. Hujan deras turun mengguyur gunung
Betung, berteduh di shelter basecamp, ditemani secangkir kopi hangat dan
percakapan akrab bersama Koko dan Bejo, dua penjaga basecamp yang ramah dan
bersahaja. Obrolan kami sederhana: tentang gunung, cuaca, kisah pendaki yang
datang dan pergi, serta gurauan kecil yang membuat kami tertawa lepas.
Di
tengah dinginnya udara hutan dan derasnya hujan yang mengalun di atap shelter,
kami merasa begitu dekat bukan hanya secara fisik, tapi juga secara batin. Kami
tak merayakan ulang tahun pernikahan dengan pesta besar atau perjalanan mewah,
melainkan dengan keheningan alam dan kehangatan manusia-manusia sederhana. Dan
mungkin justru di situlah makna perayaan ini terasa paling utuh.
Saat
hujan mulai reda, kami memutuskan mendaki sampai Pos 1. Jalur yang kami lalui
masih basah dan licin, tetapi kami melangkah perlahan sambil saling menggenggam
tangan. Setiap langkah terasa simbolis seperti kembali mengulang perjalanan
rumah tangga ini dari awal. Menyusuri hutan yang tenang, mendengar gemerisik
daun, dan merasakan hembusan angin di antara pepohonan adalah pengalaman yang
menenangkan. Tak ada suara selain alam, dan hati kami sendiri. Sesekali kami
bertemu dengan beberapa pendaki yang sebagian ada sampai puncak, namun ada yang
harus turun, hujan deras, jalur yang licin.
Kini,
setelah 25 tahun, kami tahu bahwa cinta bukan hanya soal perasaan hangat di
awal hubungan. Ia adalah kesediaan untuk tetap tinggal, bahkan ketika keadaan
sedang tidak ideal. Ia adalah keputusan untuk tetap berjalan bersama, bahkan
saat langkah terasa berat.
Dua puluh lima tahun kami lewati dengan banyak hal: kelahiran dua anak laki-laki yang kini tengah menempuh studi masing-masing satu di Bandung, satu di Yogyakarta. Mereka sudah mulai merintis jalannya sendiri, dan kami belajar melepaskan, sambil tetap menjadi rumah untuk mereka pulang kapan pun mereka butuh.
Hari
itu, 17 Juni 2025, menjadi rangkaian sederhana namun penuh makna. Dari misa
yang khusyuk, sarapan pecel yang dibungkus dengan cinta, obrolan hangat di
shelter bersama Koko dan Bejo, sampai mendaki Pos 1 dalam hujan yang menyisakan
kabut dan ketenangan. Semua itu seperti mozaik kecil yang membentuk satu
lukisan besar, tentang cinta yang tumbuh dalam keseharian, dalam kebersamaan,
dan dalam ketulusan.
Semoga
langkah kami tak berhenti di sini. Semoga masih ada banyak pagi, banyak hujan,
banyak pecel, banyak gunung, dan banyak canda untuk kami nikmati bersama. Dan
semoga, cinta ini terus menjadi tempat kami berteduh, bertumbuh, dan pulang.
Selamat
ulang tahun pernikahan ke-25, untuk kami.
Untuk dua orang yang memilih saling mencintai setiap hari, meski dunia terus
berubah.
No comments:
Post a Comment